Minggu, Oktober 16, 2011

Tuhan, Terima Kasih telah membuatku sibuk


Seringkali rasa jenuh menyerang saat tumpukan tugas dan laporan mengeroyok, deadline yang seram dan menakutkan laksana algojo berpedang yang siap menikam. Tak boleh lelah, sebab sedikit lengah membuat parah.

Lembaran kertas bak shuhuf - shuhuf yang berserakan, huruf, angka dan tulisan di dalamnya sering berteriak laksana titah raja yang menuntut segera diumumkan. Ah, jemari sepuluh ini sudah terlalu akrab dengan tombol - tombol keyboard. Laptop ini juga sudah terbiasa jadi rahim lahirnya kalimat - kalimat sakti berstruktur. 

Setiap hari mata ini juga tak bosan berkelahi dengan radiasi, terkadang dengan cuci muka sudah cukup jadi penyembuh perih dan rasa ngantuk. Secangkir kopi susu, snack, dan mie instan dengan ikhlas menemaniku sepanjang malam. Jarang keluar malam, bahkan untuk menengok rembulan pun enggan. Tempat tidur yang nyaman sering merayuku saat letih, tapi tentu aku bukan pecundang yang mudah terkapar.

Pagi hari meski rasa ngantuk masih bersarang di kelopak mata, tetap pijak kaki harus sudah menapak lantai kantor. Senyum riang dan kepolosan anak - anak sekolah berhasil mencambuk semangat tuk tetap melakoni peran. Kesuksesan mereka di kemudian hari adalah hadiah termahal untuk pengorbanan hari ini.

Beranjak siang, jalanan sudah menanti. Dipayungi leleh matahari dan suhu bak bara api menyusuri kota mungil Negara menuju Barabai yang jaraknya telah sukses membuat jemariku depresi, tulang punggung yang berotasi sekian inchi, juga otot - otot pinggang yang mesti direparasi setiap hari. Jangan dihitung sudah berapa jamaah kuman yang berebut menempel di kulit lewat debu yang terbang dari kanan dan kiri. Bising mesin kendaraan juga bunyi klakson yang seperti terompet Israfil bagai instrumen indah yang bikin muntah. Belum lagi cibiran asap knalpot truk yang dibagi gratis persis seperti kentut Dajjal yang membuat seperangkat organ pernapasanku ingin harakiri. Dan lihat saja, malaikat pencabut nyawa telah duduk dengan sopan membonceng kendaraanku sedari tadi.

Tuhan, terima kasih telah membuatku sibuk.

Dari-MU aku belajar menghargai waktu
juga belajar berbagi dengan sedikit kemampuan yang KAU beri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar